sinandongmanca: PERANAN PANTUN DALAM ADAT PERKAWINAN MELAYU ASAHAN...: PERANAN PANTUN DALAM ADAT ISTIADAT PERKAWINAN SUKU MELAYU ASAHAN PERANAN PANTUN DALAM ADAT ISITADAT PERKAWINAN SUKU MELAYU
PERANAN PANTUN DALAM ADAT ISTIADAT PERKAWINAN SUKU MELAYU ASAHAN
PENYUSUN : ( Alm .H.ARIFIN SARAGIH )
Pengumpul Data : ( Alm ) YOHANAN BAHAR
1. PENDAHULUAN
Bila seorang pemuda menginginkan
seorang gadis untuk dipersunting menjadi istri, didahului dengan mengutus “
PENGHULU TELANGKAI” (seseorang penghubung yang dipercayai oleh pihak laki-laki
untuk merintis keinginan pemuda terhadap gadis yang menjadi idamannya ).
Penghulu Telangkai berusaha untuk
menemukan permasalahan pada waktu dan saat yang tepat untuk diungkapkan maksud
dan tujuan terhadap gadis (pihak perempuan). Setelah diperoleh ketentuan dari
Penghulu Telangkai, pihak laki-laki mengadakan musyawarah dengan famili untuk
merembukkan pelaksanaan:
- merisik
- meminang
- menikahkan
- melangsungkan peresmian/perkawinan
Hal ini akan dilaksanakan pada hari/jadwal yang telah disepakati antara
kedua belah pihak.
II. MERISIK DAN
MEMINANG SECARA RESMI
Mersisik dan meminang secara resmi
dilaksanakan setelah risikan dilakukan setengah resmi yang dilangsungkan olh Penghulu
Tealngkai berjalan baik. Menurut adapt
risikan dan pinangan dilaksanakan dihadapan keluarga pihak gadis. Dahulu
merisik dan meminang selalu dilaksanakan secara terpisah (tersendiri), namun
selalu juga dilaksanakan sekaligus. Pada hari yang telah disepakati pihak
lelalki dating kerumah pihak perempuan membawa beberapa persiapan :\
- Tepak Sirih Pembuka Kata
- Tepak Sirih Perisik
- Tepak Sirih Meminang
- Tepak Sirih Bertukar Tanda
- Tepak Sirih Ikat Janji
- Beberapa buah Tepak Pengiring
Tepak-tepak
siriyh ini terdiri dari tepak biasa, dan tepak Palembang. Tepak-tepak ini diisi dengan sirih
yang tersusun rapid an cembul-cembul diisi dengan tembakau, kapur,gambir dan
pinang ditebuk/diukir, ada pinang berkait dan gambir diukir. (cembul-cembul ini
ada yang terdiri dari perak, tembaga, kuningan , suasa dan bahkan emas )
Hal ini melihat
kemampuan dari sipelaksana. Dahulu tepak ini dibungkus dengan kain selendang
tetapi sekarang dipilih kain yang lebih indah.
Sementara di
rumah pihak perempuan telah menanti pula beberapa tepak:
- Tepak Nanti
- Tepak Bertukar Tanda
- Tepak Ikat Janji
Yang tersedia
diatur diatas hamparan permadani indah dibawah langit-langit bertabir aneka
corak.
Umumnya sebelum
acara merisik dan meminang dimulai, tepak-tepak yang dibawa rombongan laki-laki
disusun menurut urutan,kemudian ditepung tawari.
Pada acara ini
masing-masing pihak menyediakan seorang “ahli bersilat lidah” yang disebut :
BENTARA SABDA ( Juru Bicara ) yang
diapit BENTARA KANAN dan BENTARA KIRI ( Keluarga terekat orang yang dapat
mengambil keputusan bila tumbuh hal-hal diluar yang tidak digariskan).
Sebenarnya segala sesuatu telah diketahui oleh kedua belah pihak lewat
pembicaraan setengah resmi dari “ PENGHULU TELANGKAI ” misalnya ,
- Siapa yang akan dipinangkan dan dipinang
- Berapa mahar (mas kawin dan syarat-syarat)
- Bila nikah dan bersatu
- Bertukar tanda (cincin, gelang, rantai, misalnya )
Bersilat lidah
ini kadang-kadang memakan waktu berjam-jam. Malulah rasanya bagi pihak yang
tidak dapat memaparkan kehendaknya dengan teratur dan jelas. Biasanya untuk
memaparkan maksud tidak secara langsung tetapi selalu dengan cara “ Kias dan
Ibarat “ Disinilah letaknya kehalusan budi orang melayu, jangan sampai
dikatakan kasar dan tidak beradat.
Yang kurik gundi
Yang merah saga
Yang baik budi
Yang indah bahasa
Disinilah adapt
itu diasah dan diuji dengan kemampuan bersilat lidah, secara tidak langsung
sehingga akhirnya sama-sama diakui oleh kedua belah pihak. Jika kedua belah
pihak telah berhadapan, maka oleh “ Bentara sabda pihak perempuan menyorongkan
sebuah tepak sirih-tepak nanti-sebagai penyambut tamu sambil berkata memberi
salam pada para tamu/rombongan dan tak lupa mengucapkan puja puji kehadirat
Allah Tuhan Yang Maha Esa atas ridhoNYA mengharapkan safaat akan junjungan nabi
Muhammad SAW.
Bentara Sabda
melanjutkan kata-katanya
Sedang matahari bersinar cerah
Ketika angina berhembus sepoi-sepoi
basah
Awan berarak hanyut pasrah
Diiringi
suara burung berkicau ria
Ketika
ramai sorak anak-anak dihalaman
Dilihat tamu datang berbondong
Sampai dipintu pekarangan
Lalu masuk
kehalaman, memberi salam dengan takjim, membuat kami tertegun gembira
Patut
disambut secara adat
Menurut adat
resam Melayu semenjak dari sejak dahulu kala, jika kita kedatangan tamu sirih
ditepak disorong selalu, sebagai tanda keihklasan hati, terimalah tepak
sirih…….sirih nanti dari kami
Sekapur
sirih Seulas pinang
Disantap
Cik Puan dari Malaka
Kami
ucapkan selamat datang
Semoga
kita sama bahagia
Makanlah tuan sirih kami
Yang kami sebut sirih penanti
Marilah kita sama menanti
Untuk pengikat silaturrahmi (sembari
menyorongkan/menyuguhkan tepak..)
Tinggi
berdiri gunung ledang
Dikaki
gunung terhampar sawah
Makanlah
sirih sekapur seorang
Untuk
kita memulai kata
( Sirih
dimakan pihak lelaki sekapur seorang/sebagai mewakili rombongan 2 atau 3 orang
memakannya )……………………………………………………………
(
Setelah itu bentara Sabda pihak laki-laki menyorongkan sirihnya/tepak pembuka
kata. Tutup tepak dibuka dan tutupnya diletakkan miring di sebelah kiri tepak.
Bentara Sabda laki-laki menyerahkan tepak tersebut kehadapan Bentara Sabda
pihak perempuan dengan tangkai sirih mengarah kepada Bentara Sabda pihak
perempuan, lalu Bentara Sabda pihak laki-laki berpantun :
Kami
datang membawa pesan
Salam
takjim penuh keikhlasan
Dari…………….yang
jadi pangkalan
Semoga
kita bersama dilindungi Tuhan
Tinggi-tinggi
simatahari
Anak
kerbau mati tertambat
Sudah
lama kami mencari
Tempat
berteduh dihujan lebat.
Tepak
sirih dari pihak laki-laki diedarkan oleh pihak perempuan, kepada pihak mereka
lalu memakan sirih sekapur pinang sekacip. Kemudian pihak laki-laki
menyorongkan Tepak Perisik sambil
berkata.
Tuan-tuan/Saudara/I
jauh sudah kami berjalan, banyak bukit yang telah kami daki, banyak lembah yang
telah kami turuni, karena besarnya hajat dihati kami sampai kemari, lengkaplah
hadir dalam majelis utusan dari………………………(menyebutkan nama orang tua laki-laki
disertai sirih adat dan sirih irinngan.
Tumbuh
kemiri didalam dulang
Uratnya
besar silih menyalih
Duduk kami
duduk berbilang
Karena hajat
datang kemari
Limau purut
jatuh kelembah
Jika
dilembah ditumbuh duri
Pinang menghadap sirih menyembah
Jari sepuluh
menjunjung duli
Demikianlah
kata mula dari kami, moga-moga kata berjawab, gayung bersambut (pihak perempuan
menyambut dan membalas pantun)
Kedudukan
tumbuh didalam dulang
Uratnya
panjang jalur-jaluran
Duduk kita
duduk berbilang
Alat yang
mana kita pakaikan
Sorong papan
tarik papan
Buah langsat
didalam peti
Sirih risik
belum dimakan
Apa
hajat didalam hati
Pihak
laki-laki menjawab menguraikan maksudnya
Maaf
tuan-tuan….,besar gunung dan setinggi gunung, lebih besar dan lebih tinggi
maksud yang terkandung didalam hati. Itulah sebabnya kami dating kemari, tidak
menghiraukan lapar dahaga, onak dan duri, dilanggar, dilanda, dikuakkan
rintangan dan kendala disingkirkan. Kami mendengar tuan-tuan orang budiman arif
cendekiawan dan bijaksana
Paham
dikias, arif diumpama
Memegang
adat dan kebiasaan menepati janji dan kata-kata
Dari dahulu
sampai sekarang
Siapa salah
siapa ditimbang
Adat dan
syarat jadi pegangan
Kemudian
dari pada itu tuan-tuan yang budiman….
Besarlah
sudah remaja dirumah putra dari………………
Umur sudah
setahun jagung
Darah sudah
setampuk pinang
Laki-laki remaja
lajang
Menjadi
hutang ibu bapanya
Baru
sebahagian hutang dibayar
Pertama
: Kerat pusat dan berbuai/berayun
Kedua : Berkhitan/Sunat Rasul
Ketiga :
Mengaji khatam Qur’an
Keempat
: Diajar bersopan santun, hanya yang ke
Lima yang belum
Hukum adat
hukum negeri
Wajib
disuruh berumah tangga
Mencukupkan
syarat manusiawi
Menambah
turunan anak manusia
Desau angin telah berlalu
Risik
merisik himbau menghimbau
Kait berkait
rotan dihutan
Jalin
menjalin menjadi satu
Tuan-tuan yang kami
muliakan
Jika remaja dimisalkan
seekor kumbang
Terbang tinggi disawang
lapang
Jatuhlah pandang pada
jambangan
Indah letaknya ditengah
ruang
Berisi “kembang sedang
mengembang”
Pulanglah
“kumbang mengnhadap keluarga
Menceritakan”
bunga menawan hati”
Siang malam
teringat saja
Teringat-ingat
termimpi-mimpi
Seluruh keluarga telah
berapat
Diberilah tugas kepada
kami
Untuk bertanya secara
adat
Menyampaikan maksud
dengan resmi
Bolehkah
kami dengan cerana
Memberi sirih
dengan setangan
Bolehkah
kami datang bertanya
Adalah
kembang dalam jambangan
Sekian
dahulu kami bertanya
(Bentara Sabda Pihak Perempuan menjawab)
Tuan-tuan yang kami hormati
Semua kata telah didengar
Nampaknya” kumbang tukang pesiar”
Karena tuan datang menjenguk
Membuat hati menjadi sejuk
Seluruh keluarga telah berembug
Kata ini kami sampaikan
Sebelum sirih kami makan
Banyaklah kembang
ditaman kami
Lebih dari satu didalam
puri
Beranikah kumbang datang
menyeri
Karena bunga dilingkungi
duri
Sesungguhnya kembang
belum bertali
Bunga dirawat dikawal
rapi
Oleh keluarga sanak
family
Itulah kata dari kami
(mendengar jawaban ini pihak laki-laki Nampak menjadi gembira, sebab
pihak perempuan telah memberi harapan) (maka Bentara Sabda pihak laki-laki
kembali meneruskan kata-katanya)
Maafkan kami tuan:
Rumah mulia punya
penunggu
masyhur semerbak segenap penjuru
kehilir melalui seluruh Tanjung
kehulu sampai kegunung-gunung
bukan bunga sembarang bunga
mawar idaman suntingan utama
bunga menghias indah sempurna
untuk semarak penghuni rumah
berulang dari pangkal,
dikaji dari alif
dihitung dari mula,
hidup kita dikandung adat
mati kita dikandung
tanah, kunci kata pada kias
sirih bersusun pinang
berlonggok, tepak berbaris menunggu sapa
family beriring menunggu
ijin dari tuan seluruhnya
menyuruh mengabdi kepada
kembang, mawar dihajat jadi suntingan
mawar bertuah dalam
jambangan, untuk dijaga dan disayangi
serupa dengan anak
sendiri, segala syarat jadi pikulan
tiada ingkar
dari janji
baik yang sudah
maupun yang kudi
asal lolos adat
syara’
ringan akan kami
jinjing, berat akan kami pikul
bukan
maksud berada-ada
hanya takut akan
Ilahi
kami simpulkan
didalam pantun:
Dari mana hendak kemana
Bawa bekal telor itik
Maafkan tuan kami bertanya
Bolehkah bunga kami petik
Maaf tuan-tuan
itulah kata lanjutan dari kami
(Keterangan :
waktu pihak laki-laki menyampaikan maksudnya, semua hadirin mengikuti dan
mendengarkan dengan seksama tak ada yang
berkata-kata-------------------------------)
(hening seenak
pihak perempuan menjawab)
Bentara Sabda pihak perempuan :
Periuk gebang di kapung Dedap
Buatkan lidi jadi penyapu
Sirih pinang sudah dihadap
Syarat janji tentukan dahulu
Tuan-tuan yang budiman:
Kami dari pangkalan
Melihat perahu datang berlayar
Dibawa arus pasang naik
Penuh haluan, penuh buritan
Sampai pada syara’ kiasan
Menyuruh berpikir, berpedoman
Takut bencana datang kudian
Hidup manusia dikandung
adat
Hukum adat hokum negeri
Azas belum bertukar
Sumpah melayu tetap setia
Baik keatas baik kebawah
Persumpahan Demanng Lebar
Daun
Asal adat Melayu Lama
Siapa mengubah janji
Bubungan rumah akan
terjungkir
Kaki tiang meninjau
langit
Kemudian dari itu tuan-tuan:
Lembah sama-sama ditimbuni
Gunung sama diratakan
Kehulu sama berakit
Kehilir sama berenang
Rotan berjalin tetap berjalin
Berjalin menjadi satu
Kutuk manusia ingkar janji
Hanya berdetik didalam hati
Tuan-tuan yang kami
muliakan:
Mawar ditaman belum
terkopek
Jumlah mawar lebih dari
satu
Sama tua sama muda
Sama umur setahun jagung
Sama darah setampuk
jagung
Sama akal tumbuh keluar
Dunia akhirat sedang
dituntut
Mungkin nanti jadi
umpatan
Sesal kemudian tidak
berguna
Dalam pada itu tuasn-tuan
yang kami muliakan:
Semua kata telah didengar
Kunci kata dengan kias
Mula pangkal bagi kami
Menentukan hajat nan baik
Tak sia-sia pasang naik
Tak sia-sia perahu berlayar
Tak sia-sia matahari terbit
Tak sia-sia ternak disembelih
Tak sia-sia malim diundang
Tak sia-sia janji dipadu
Guna mengikat silaturrahmi
Tuan-tuan yang budiman kembali kita
kepangkal:
Keluarga karib penggalang perahu
Berbantalkan adat bersendikan syara’
Timbul tenggelam untuk kerabat
Segala kata cukup rukunnya
Manusia lengkap rukun syaratnya
Lajang remaja tiada cederanya
Tiada sakit tiada cacat
Berdaya , bergairah lahir dan bathin
Dapat megikat anak tangga
Mampu mengganti kayu selang
Bernama bergelar seperti orang
Kalau syah dapat dikata
Sesuai dijanji baru menjadi
Baru disambung soal lanjutan
Jika tidak hanya berjamu
Kaum kerabat dari jauh
Demikianlah dari kami
(setelah pihak perempuan selesai
berbicara, maka acara sejenak terhenti selama pihak laki-laki berunding secara
formalitas bagaimana cara yang baik untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pihak perempuan yang sekarang berkisar
pada pokok )
- Siapa yang hendak dipinang
- Adakah yang meminang sehat dan
cacat atau cedera
- Pihak perempuan tidak dasn tidak
keberatan untuk melanjutkantentang risik dan pinangan yang akan dilakukan
asal mereka mendapat jawaban yang menyenangkan
Bentara Sabda pihak laki-laki memulai
membuka kata setelah perundingan selesai.
Pisang emas bawa berlayar
Masak sebiji diatas peti
Hutang emas dapat dibayar
Hutang budi dibawa mati
Kota Daik
nama kotanya
Kapal Dandi
membawa barang
Budi baik
mahal harganya
Jika dibagi
kepada orang
Maafkan kami tuan-tuan:
Seperti sirih pulang kegagang
Tak ada raja menolak sembah
Hidup dikandung adat
Mati dikandung tanah
Adat diisi, lembaga dituang
Hidup sandar menyandar
Hukum tidak berat sebelah
Janji berlaku kedua belah pihak
Dari kami, kami akukan
Siapa ingkar, siapa ditimbang
Cacat tidak
cederapun tidak
Sawan gila
diluar janji
Lain dijanji
lain yang tiba
Tanda kembali
pulang-balik
Bila mati
pulang tanda
Tanda hilang
dengan percuma
Perempuanlah
ganda tanda
Nilai lipat
dua kali
Kemudian dari itu :
Banyak rantau telah ditempuh
Yang kecil sudahlah besar
Yang bodoh sudah cerdik
Lajang sudah remaja putera
…………… nama timangan ( nama calon laki-laki
yang dimaksudkan )
Dihajatkan hendak berumah tangga
Dengan mawar kuntum utama
………… binti…………….. (nama calon
perempuan yang dimaksudkan)
Muda teruna kami serahkan
Untuk membawa kain
basahan
Untuk menyisip lantai
patah
Untuk mengikat anak
tangga
Untuk merumput jalan
tepian
Untuk jadi suruh-suruhan
Timbul tenggelam dengan
kerabat
Hidup mati ditangan keluarga
Sekian kabar dari kami
Pihak perempuan mengadakan
musyawarah, mereka menjawab sebagai kata pemutus
Tuan-tuan yang kami hormati, bersama
pantun kami bertanya
Jika digantang tiga
gantang
Bila disukat tiga sukat
Jika direntang akan
panjang
Baik disimpul supaya
singkat
Oleh sebab itu tuan-tuan:
Semua keluarga telah berembug
Impal larangan telah ditanya
Saudara ayah telah berpesan
Saudara ibu telah berkata
Rasa baik untung bertuah
Ternak membiak padi menjdi
Kaum sekampung turut gembira
Terang nampak cuaca hari
Bak pantun orang –orang tua
Terang bulan ditengah lorong
Cuacanya sampai didaun
kayu
Kalau Tuhan hendak
menolong
Air pasang bidukpun lalu
Tuan-tuan yang mulia:
Mawar belum lagi berpunya
Datang kumbang mau mencari
Lulus adat lulus syara’
Sirih pinang akan dimakan
Satu lagi pesan kami
Pantun tua pantun hikmat
Berguna untuk semua
Baik sekarang maupun nanti
Biarlah kami ucapkan untuk diingat
dikemudian hari
Dari Rembang ke
Banyuwangi
Pakai baju sutera
Karawang
Jika “kembang” asalnya
wangi
Sampai layu jangan
dibuang
Sekian kata putus dari
kami
Selesai acara pinang meminang ini,
ditruskan dengan acara menikah/ijab qabul yang diserahkan kepada Tuan Kadi,
dilaksanakan menurut rukun “nikah” yang dikehendaki sesuai dengan ajaran agama
Islam.
Penutup
Setelah acara menikah selesai yang
disaksikan oleh para ahli waris kedua belah pihak, acara selanjutnya dipimpin
oleh bidann pengantin dengan acara :
- Bersanding diatas pelaminan
- Menepung tawari pengantin oleh
keluarga kedua belah pihak
- Makan nasi pengganti/nasi
hadap-hadapan
- Mandi berhias
- Dan lain sebagainya
Keterangan
Dalam acara risik, pinang meminag ini
selalu juga ada kesilapan yang tidak disengaja oleh kedua belah pihak dalam
sorong-menyorong tepak sirih dan menyuguhkannya. Untuk hal itu dijaga jangan
sampai sirih yang kita sorongkan jangan samapi terbalik (sungsang). Bila ini
terjadi akan timbul sindiran-sindiran dari pihak yang menerima. Kadang kala
ditolak secara menyinggung perasaan. Bagi yang terlanjur berbuat salah, segera
mengetahui kesalahannya. Waktu inilah yang arif lalu berpantun memperbaiki
kesalahannya:
Hujan hari rintik-rintik
Tumbuh cendawan gelang
kaki
Kami sepantun telor itik
Kasihan ayam maka menjadi
Bila pantun ini diucapkan, maka maaf
telah sama diberikan
Kisaran , Nopember 1981
Ditulis ulang kembali Oktober 2011
Sengaja kutulis ulang sebagai bahan
pembaca bagi peminat budaya melayu khususnya daerah Asahan, Batubara, Labuhan
Batu